Citra Satelit WORLDVIEW-2 diluncurkan tanggal 8 oktober 2009, dengan pencitraan panchromatic pada resolusi 46-52 Cm dan pencitraan multispectral pada resolusi 1.84- dan 2.08-meter

Wednesday, June 8, 2011

Gambaran Umum Pulau Kawio

Letak Geografis
Pulau Kawio berada di Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara dengan titik kordinat  N 04° 40’ 02,4” , S 125° 25’ 55,8”. Pulau Kawio dihuni oleh 393 jiwa penduduk dengan komposisi jumlah laki-laki 211 jiwa dan perempuan mencapai 182 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) 120 KK (Data Lapangan, 2009). Pulau Kawio memiliki luas sekitar 0.63 km2, Secara geografis desa yang ada di Pulau Kawio merupakan desa pantai.
 
Kegiatan ekonomi masyarakat setempat adalah melakukan aktifitas menangkap ikan (nelayan). Profesi sebagai nelayan ini merupakan mata pencaharian pokok masyarakat di Pulau Kawio. Adapun transaksi penjualan hasil perikanan tangkap itu sendiri dilakukan ke Sangihe, sedangkan sebagian kecilnya di konsumsi sendiri. Untuk menunjang perekonomian masyarakat Pulau Kawio mencari mata pencaharian alternatif berupa menanam kelapa untuk diolah menjadi kopra.  
Sebagai daerah otonom, Pulau Kawio memiliki 4 (empat) karakteristik signifikan  sebagai gugusan pulau-pulau kecil terluar di wilayah Indonesia yang membedakannya dengan wilayah lain di seluruh nusantara, yaitu :
¨       Daerah Kepulauan  
Sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe yang secara keseluruhan terdiri dari 105 Pulau, dimana wilayahnya sebagian besar terdiri dari pegunungan dan tanah berbukit yang dikelilingi oleh lautan, Pulau Kawio memiliki jarak yang relatif berjauhan, namun tetap merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keutuhan Kabupaten Kepulauan Sangihe sehingga perlu dikembangkan, dibina, dipelihara dan dipertahankan sebagai aset nasional.
¨       Daerah Perbatasan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 77 Tahun 1957 tentang Persetujuan Mengenai Warga Negara Yang Secara Tidak Sah di Daerah Republik Indonesia dan Republik Philipina. Pulau Kawio, Kabupaten Kepulauan Sangihe mamiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara
:
Negara Philipina
Sebelah Timur
:
Kabupaten Talaud dan laut Maluku
Sebelah Selatan
:
Kabupaten Siau Tagulandang Biaro
Sebelah Barat
:
Laut Sulawesi
¨       Daerah Bencana
Pulau Kawio termasuk daerah rawan bencana alam. Di daerah ini hampir setiap tahun terutama pada bulan Desember sampai Maret rentan dilanda bencana alam seperti banjir, tanah longsor, abrasi bahkan letusan gunung berapi, hal dimana dapat diuraikan sebagai berikut :
  • Iklim pada bulan Desember sampai Maret bercurah hujan maksimum diikuti angin kencang sehingga sering mengakibatkan banjir maksimum dan gelombang laut maksimum. Iklim di daerah ini dipengaruhi oleh angin muson, musim kemarau (Juni – Juli dan Oktober – Nopember). Tipe iklim di daerah ini menurut Schmit dan Ferguson adalah type A (Iklim Basah).
  • Daerah ini memiliki gunung api yang masih aktif yakni satu berada dibawah laut yaitu terletak dekat Pulau Mahengetang, sedangkan yang lainnya yaitu Gunung Awu di Pulau Sangihe.
  • Kondisi topografis tanah yang sangat labil dan mudah longsor. Jenis batuan yang terdapat di Pulau Kawio adalah bantuan induk vulkanis, sedangkan keadaan tanah jenis vulkanis, non vulkanis dan mengandung asam fosfor, calcium, kalium dan magnesium.  
¨       Daerah Terbelakang
Sulitnya menjangkau Pulau Kawio dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti kota-kota di Pulau Jawa, Kota Makasar, Kota Manado dan Kota Bitung, mengindikasikan bahwa Pulau Kawio ini secara fisik masih terisolir sehingga dapat digolongkan sebagai daerah terpencil dengan aksesibilitas sarana dan prasarana yang belum memadai.
 
Kondisi Administratif
Pulau Kawio secara administratif termasuk kedalam wilayah kecamatan Marore Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara. Titk terluar Pulau Kawio berada di posisi 40 40’ 15,99” LU dan 1250 25’ 41,02” BT berupa tanda batas negara dalam bentuk Titik Dasar (TD) No.055 yang tercantum dalam PP.No.38/tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. 

Jarak Pulau Kawio terhadap pulau berpenduduk terdekat, yaitu Pulau Kemboleng yang masih bagian administratif Kampung Kawio, dihitung berdasarkan citra quickbird jarak dari Pulau Kawio ke Pulau Kemboleng adalah sejauh 328,39 meter. Jarak Pulau Kawio terhadap pulau Marore sejauh 7,46 Km atau 1 jam perjalanan menggunakan pumpboat.  

Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
Jumlah Penduduk
Total jumlah penduduk Pulau Kawio  adalah 393 jiwa, dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 2 : 1. Jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki 211 orang dan jenis kelamin perempuan berjumlah 82 orang. Secara keseluruhan penduduk di Pulau Kawio tercakup dalam 120 KK. 

Mata Pencaharian
Pulau Kawio memiliki sumberdaya alam yang melimpah dan potensial untuk dikembangkan.  Sumberdaya yang potensial di pulau ini adalah ikan.  Nelayan di Pulau Kawio adalah nelayan tangkap. Perahu yang digunakan adalah perahu tanpa motor/sampan dan perahu motor dengan kekuatan mesin sampai 20 PK.  Alat tangkap yang digunakan adalah pancing, jaring, jaring dasar, jaring pinggir, bagan tancap, sero pinggir/tepi dan bubu.  Kegiatan penangkapan dilakukan dari  jam 05.00 sampai jam 17.00 untuk alat tangkap pancing, jaring, jaring dasar dan jaring pinggir.  Sedangkan untuk alat tangkap bagan tancap, sero pinggir/tepi dan bubu dilakukan dari pukul 17.00 sampai pukul 07.00 WITA. 

Selain alat-alat tangkap tersebut diatas, Pulau Kawio juga memiliki alat tangkap ikan berupa ganga untuk menangkap ikan besar, kakintu (rumpon) untuk menangkap ikan malalugis, jaring apung untuk menangkap ikan torani, serta pancing gorango untuk ikan hiu. Komoditas perikanan tangkap utama Pulau Kawio adalah ikan hiu. Ikan hiu hasil tangkapan nelayan kemudian diambil sirip dan dagingnya untuk kemudian dijual di Pulau Marore, Tahuna dan bahkan hingga ke Manado. Selain komoditas ikan hiu tersebut, ikan pelagis kecil atau ikan karang juga mendominasi hasil perikanan tangkap di Pulau Kawio. Selain untuk konsumsi domestik (dikonsumsi sendiri), ikan-ikan hasil tangkapan tersebut juga dibawa ke Pulau Marore untuk kemudian dijual.  

Tingkat Pendidikan
Secara umum tingkat pendidikan penduduk Pulau Kawio dapat dikatakan masih rendah.  Hal ini dikarenakan belum memadainya sarana pendidikan seperti sekolah, guru dan lain-lain.  Faktor lainnya adalah terbatasnya aksesibilitas dengan Ibu Kota Kabupaten dan Provinsi dimana sarana pendidikan tersedia pada tingkatan yang lebih tinggi.  Di Pulau Kawio hanya tersedia sarana pendidikan sampai pada tingkat SD, sementara sarana pendidikan yang lebih tinggi terdapat di Pulau Marore (SLTP dan SLTA) sebagai Ibu Kota Kecamatan.
 
Kebudayaan
Pranata sosial atau lembaga masyarakat pada dasarnya merupakan kumpulan norma-norma sosial sebagai upaya manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya dan menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan.  Beberapa lembaga sosial yang berkembang di Pulau Kawio, yaitu berupa lembaga keluarga, lembaga ekonomi (sistem upah, jual beli, sewa, gadai, koperasi dan lain-lain), lembaga pemerintahan desa, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan dan lembaga sosial lainnya.  
Lembaga-lembaga sosial seperti Badan Perwakilan Desa, lembaga pendidikan, Balai penyuluhan di desa kawio ini dalam tahap pembangunan, untuk tahun-tahun kedepan di desa ini akan ada beberapa penyuluh pertanian dan perikanan. Penyuluhan pertanian dan perikanan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.  Perkembangan lembaga sosial ini umumnya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat, serta persepsi dan sikap masyarakat terhadap lembaga tersebut. Lembaga pemerintahan desa cukup berperan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi masyarakat.  Selain itu, keberadaan lembaga pemerintahan desa ini sangat diakui kedudukannya oleh masyarakat.  Bahkan umumnya kepala desa merupakan salah satu tokoh informal setempat yang cukup berpengaruh terhadap warganya.  

Sarana dan Prasarana
Aksesibilitas dan Transportasi
Aksesibilitas untuk menuju Pulau Kawio dimulai dari kota Manado (Bandara Sam Ratulangi) untuk kemudian menuju ke Sangihe/Tahuna dengan menggunakan kapal ferry atau kapal cepat yang menghubungkannya antara Manado dengan Tahuna dan perjalanan dilanjutkan kembali dengan menyewa perahu motor ataupun perahu nelayan setempat dengan waktu tempuh 6 - 8 jam.  
Pulau Kawio telah dilengkapi dengan fasilitas jalan raya dengan panjang jalan sekitar 500 meter dengan rincian sejauh 300 meter dalam kondisi dicor beton dengan rentang lebar 4 meter sedangkan sisanya hanya mempunyai lebar 2 meter. Meski demikian di Pulau Kawio belum terdapat kendaraan bermotor baik milik pribadi maupun kendaraan bermotor komersil.
Akses transportasi satu-satunya menuju ke Pulau Kawio adalah melalui jalur laut. Jadwal pemberangkatan menuju Pulau Kawio adalah berupa kapal perintis yang singgah dan berlabuh di lepas pantai pantai. Pulau Kawio sendiri tidak mempunyai fasilitas anjungan pelabuhan, maka kapal perintis tidak dapat merapat sehingga jika ada penumpang atau barang yang akan naik atau turun harus kembali diangkut menggunakan perahu motor kecil untuk bisa berlabuh di pantai. Terdapat 2 perahu motor yang disiapkan khusus untuk melayani transportasi dari desa ke kapal maupun sebaliknya.  
Kondisi Iklim dan Hidrooseanografi
Pola iklim Pulau Kawio tergolong Moonson, musim kemarau (Juni – Juli dan Oktober – Nopember) yang secara umum ditandai dengan perputaran dua musim secara bergantian antara musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan data klimatologi yang tercatat di Stasiun Meteorologi tahuna (2006), wilayah studi memiliki curah hujan rata-rata 254,2 mm/tahun dengan curah hujan maksimum 430,0 mm/tahun terjadi pada Bulan Januari. Kecepatan angin 35 knot/jam pada bulan Agustus 2009.  Suhu udara di wilayah tersebut berkisar antara 22 - 34°C.  
Kondisi Hidrooseanografi dalam hal ini arus yang terjadi di perairan Pulau Kawio merupakan arus yang dibangkitkan oleh arus pasang surut terutama arus pasang surut harian. Pada bulan Nopember sampai dengan bulan Maret arah angin di perairan ini bergerak dari arah utara, sehingga mengakibatkan arus permukaan air laut umumnya bergerak dari arah barat daya – barat laut berkisar antara 6 - 12 cm/detik. Sebaliknya pada bulan Agustus angin betiup dari Timur ke Barat Daya dengan kecepatan 12 – 25 cm/detik. Adapun kondisi Hidrooseanografi pasang surut untuk perairan Pulau Kawio adalah pola pasang surut harian dengan kisaran 1,8 – 2,7 meter. Jenis pasang surut adalah diurnal, dimana dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. 



2 comments:

  1. Salam GIS,
    Pak, sya mau tanya kalau ada citra pulau sangihe khususnya kecmatan manganitu utk kperluan pnelitian skripsi. Trma kasih sblmnya.

    ReplyDelete