Citra Satelit WORLDVIEW-2 diluncurkan tanggal 8 oktober 2009, dengan pencitraan panchromatic pada resolusi 46-52 Cm dan pencitraan multispectral pada resolusi 1.84- dan 2.08-meter

Saturday, November 3, 2012

CARA MENENTUKAN BEDA TINGGI ANTARA 2 TITIK


Dalam ilmu ukur tanah untuk suatu luas daerah relatif kecil (50 km2) dianggap bahwa permukaan bumi merupakan bidang datar sehingga kita bekerja pada bidang datar.
1.             Misalkan ada dua titik A dan B diatas permukaan tanah. (lihat gambar), jika ditarik garis mendatar melalui titik A dan B maka jarak terpendek antara kedua garis tersebut merupakan beda tinggi antara titik A dan B = hAB

2.           Jika sekarang kita tempatkan rambu ukur di titik A dan B kemudian ditarik garis sembarang hc yang sejajar hA dan hB dan memotong rambu A = ma dan rambu B = mb, maka didapat lagi beda tinggi: HAB = ma - mb


3.        Selanjutnya untuk mendapatkan bacaan rambu ukur di titik A (ma) dan di titik B (mb) kita tempatkan alat ukur sipat datar di tengah-tengah antara rambu A dan B dimana setelah diatur garis bidik teropong tersebut dapat mewakili garis horisontal hc. HA = tinggi titik A terhadap bidang referensi ketinggian, HB = tinggi titik B terhadap bidang referensi ketinggian, ma= bacaan benang tengah pada rambu A, dan mb= bacaan benang tengah pada rambu B

4.        Tentukan arah pengukuran misalkan dari A ke B. Hal ini perlu untuk menentukan beda tinggi (+) atau (-), tanah naik atau turun. Beda tinggi: hAB = ma - mb dimana   ma - mb > 0    ==> tanah naik.

Cara mengatur dan Pembacaan Alat Sipat Datar
1.        Pasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (rA) dan rambu muka (rB), (perhatikan arah pengukuran) d1 = d2
2.        Keraskan sekrup statip
3.        Usahakan dasar atas statip sedatar mungkin
4.        Injak kaki statip dalam-dalam pada tanah agar statip cukup stabil
5.        Pasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan keraskan sekrup pengeras alat
6.        Ketengahkan gelembung nivo mendatar dengan ketiga sekrup penyetel yang digerak-gerakkan secara bersamaan, dengan memainkan ketiga sekrup penyetel A, B, C sekaligus gelembung diketengahkan
7.         Buka sekrup pengunci gerakan horisontal teropong terlebih dahulu, arahkan teropong secara kasar pada rambu belakang (rA) dan keraskan kembali sekrup pengunci
8.            Dengan menggunakan sekrup gerak halus horisontal kita impitkan benang tegak diafragma dengan garis tengah rambu (dengan catatan posisi rambu harus tegak)
9.           Atur nivo U sehingga tercapai koinsindensi, jika tidak nivo U atur nivo tabung berskala sehingga gelembung tetap di tengah-tengah walau kemanapun teropong diputar
10.    Lakukan pembacaan BT, BA, BB (pembacaan benang tengah didahulukan)

 Putar teropong rambu muka rB, lakukan seperti pada (4), (5), (6) dan (7)

8 comments: