Syarat Alat Ukur Sipat Datar
Sebelum digunakan mengukur alat ukur sipat datar harus
memenuhi syarat:
1.
Syarat utama: garis arah nivo sejajar garis bidik
2.
Syarat Tambahan:
garis arah nivo tegak lurus sumbu satu dan benang diafragma mendatar tegak
lurus sumbu kesatu.
Skema jalannya sinar melalui lensa teropong
pada saat pembacaan rambu
Untuk teropong tanpa lensa pembalik, maka:
1.
Bacaan benang
atas diafragma merupakan bacaan bawah pada bak ukur
2.
Bacaan benang
bawah diafragma merupakan bacaan atas pada bak ukur
3.
Bacaan benang
tengah (t) = bacaan benang tengah pada bak ukur (t"). t = t".
Bacaan ke Rambu
ukur
Posisi
bacaan dilakukan pada saat:
1. Nivo kotak ditengah.
2. Benang vertikal (tegak) berimpit dengan
tengah-tengah rambu.
3. Benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu
satu.
4. Rambu dalam posisi tegak.
5. Nivo halus (nivo U) dalam koinsidensi. Contoh
pembacaan Rambu:
Benang Tengah
(BT) dalam meter
|
BB=Benang Bawah BA=Benang Atas
(BB+BA=2 BT)
|
Jarak
(BB-BA) x l00
|
1.535
|
1.575
1.495
3.070
|
08.0
|
6.
Sebagai kontrol
bacaan benang tengah maka: BT = (BB+BA)/2
Atau BB+BA = 2BT (toleransi selisih 1 mm).
7.
Jarak didapat
berdasarkan jarak optis (jarak antara alat dan rambu)
d = (BB - BA) x 100 (tanpa lensa pembalik) atau
d = (BA -
BB) x 100 (ada lensa pembalik) atau
teropong normal.
Prinsip Jarak Optis
Dimana c = f/i ; K = (f + P)
Harga c dan K ditentukan oleh pabrik, pada umumnya f/i = 100/1 Harga (f+P) relatif cukup kecil, maka untuk memudahkan hitungan dapat diabaikan Maka persamaan (3) menjadi: H = c x s, dimana c= 100 dan s = R3 – R1 atau S = (BB - BA), jadi: C = 100 (BB – BA) atau c = 100 (BA – BB).
No comments:
Post a Comment