Citra Satelit WORLDVIEW-2 diluncurkan tanggal 8 oktober 2009, dengan pencitraan panchromatic pada resolusi 46-52 Cm dan pencitraan multispectral pada resolusi 1.84- dan 2.08-meter

Saturday, November 10, 2012

PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG



Jika letak titik A dan B cukup jauh maka pengukuran harus dibagi dalam beberapa seksi dan slag.

1.        Seksi terdiri dari beberapa slag pengukuran
2.        Tiap seksi harus diselesaikan dalam 1 hari pengukuran pergi - pulang

Syarat-syarat pengukuran sipat datar memanjang
Untuk memenuhi hasil pengukuran yang diinginkan dengan membuat kesalahan-kesalahan sekecil mungkin maka diperlukan syarat-syarat pada pengukuran sipat datar:

1.        Jika jalur sipat datar tidak dapat diselesaikan dalam satu hari karena jauh maka jalur pengukuran dibagi dalam seksi
2.        Tiap seksi pengukuran diatur dalam jumlah slag genap
3.        Ceking garis bidik dilakukan pada awal dan akhir pengukuran
4.        Usahakan alat ditempatkan kira-kira ditengah-tengah antara rambu belakang dan rambu muka, untuk tepat ditengah-tengah sukar dan makan waktu terutama untuk dataran tinggi, sebaiknya dengan cara lain diusahakan jumlah jarak belakang = jumlah jarak kemuka sampai pada akhir pengukuran. Σdb1 + d b2 + … d bn = Σd m1 + d m2 + … d mn Disingkat  Σdb = Σdm
5.        Pada setiap slag lakukan seperti pada postingan “Cara mengatur dan Pembacaan Alat Sipat Datar” (step 1 s/d 10)
6.        Pembacaan selalu didahulukan ke rambu belakang, baru selanjutnya ke muka (t=b-m). Hal ini dilakukan untuk menghindari kekeliruan tanda beda tinggi ( + ) atau (-)
7.        Setiap pindah slag (alat) rambu muka menjadi rambu belakang sedang rambu belakang menjadi rambu muka
8.        Untuk ketelitian pengukuran dan untuk mengurangi kesalahan akibat refraksi pengukuran dilakukan double stand pergi-pulang
9.        Yang diamati di lapangan:
·      Terlebih dahulu dibaca: benang tengah (BT)
·      Kedua: benang bawah (BB)
·      Ketiga: benang atas (BA)
·      Langsung di cek: (BB+BA)/2 = BT
·      Hitung jarak Belakang: db = (BBb – BAb) x 100
·      Hitung jarak muka: dm = (BBm – BAm) x 100
·      Langsung dihitung setiap pertambahan slag jarak selalu dijumlahkan sampai akhir pengukuran dalam satu seksi
db1 + db2  + db3 + .......................................+ dbakhir = Σ db
dm1+ dm2 + dm3 + ..................................... + dmakhir = Σ dm
haruslah Σ db   = Σ dm
Hal ini dicapai untuk menghilangkan kesalahan akibat kemiringan garis bidik karena setiap alat tidak sempurna dan selalu dihinggapi kesalahan

Contoh:
Db = dm atau Σdb = Σdm
α               = Penyimpangan garis bidik
ma, mb       = Bacaan seharusnya
m'a, m’b     = Bacaan yang salah
Beda tinggi dan bacaan seharusnya:
∆hAB = ma – mb    (Beda tinggi yang betul)


Beda tinggi dari bacaan yang salah:
∆hAB = ma – mb + (ma m’a -  mb m’b)
Jika alat tidak ditengah–tengah atau db tidak sama dengan dm
Maka: ma m’a tidak sama dengan mb m’b            
ΔhAB = ma – mb + k (kesalahan)
Jika db = dm; maka: ma m’a =  mb m’b
Jadi ∆hAB=∆h’AB = ma – mb, Kesalahan garis bidik tereliminir.
10.        Selisih bacaan antara stand I dan stand II (double stand) tidak boleh lebih dari 2 mm
11.        Selama pengukuran alat selalu dipayungi untuk menghindari panas matahari
12.          Jarak terbaik antara alat dan rambu ± 75 m, baik ke rambu belakang maupun ke rambu muka
13.        Saat terbaik pengukuran: pagi jam: 06.00 - 11.00 dan sore jam: 15.00 – 18.00, akibat panas matahari dapat merubah gelembung nivo dan kesalahan baca akibat undulasi udara
14.         Pemasangan rambu sebaiknya ditempatkan diatas stratpot, patok kayu diberi paku payung atau diatas pilar beton
15.         Akhir pengukuran dilakukan kembali cek garis bidik.



No comments:

Post a Comment