Jika letak titik A dan B cukup jauh maka pengukuran
harus dibagi dalam beberapa seksi dan slag.
1.
Seksi terdiri
dari beberapa slag pengukuran
2.
Tiap seksi harus
diselesaikan dalam 1 hari pengukuran pergi - pulang
Syarat-syarat
pengukuran sipat datar memanjang
Untuk memenuhi hasil pengukuran yang diinginkan dengan
membuat kesalahan-kesalahan sekecil mungkin maka diperlukan syarat-syarat pada
pengukuran sipat datar:
1.
Jika jalur sipat
datar tidak dapat diselesaikan dalam satu hari karena jauh maka jalur
pengukuran dibagi dalam seksi
2.
Tiap seksi
pengukuran diatur dalam jumlah slag genap
3.
Ceking garis
bidik dilakukan pada awal dan akhir pengukuran
4.
Usahakan alat
ditempatkan kira-kira ditengah-tengah antara rambu belakang dan rambu muka,
untuk tepat ditengah-tengah sukar dan makan waktu terutama untuk dataran tinggi,
sebaiknya dengan cara lain diusahakan jumlah jarak belakang = jumlah jarak
kemuka sampai pada akhir pengukuran. Σdb1 + d b2 +
… d bn = Σd m1 + d m2 + … d mn Disingkat Σdb = Σdm
5.
Pada setiap slag
lakukan seperti pada postingan “Cara mengatur dan Pembacaan Alat Sipat Datar”
(step 1 s/d 10)
6.
Pembacaan selalu
didahulukan ke rambu belakang, baru selanjutnya ke muka (∆t=b-m). Hal
ini dilakukan untuk menghindari kekeliruan tanda beda tinggi ( + ) atau (-)
7.
Setiap pindah
slag (alat) rambu muka menjadi rambu belakang sedang rambu belakang menjadi
rambu muka
8.
Untuk ketelitian
pengukuran dan untuk mengurangi kesalahan akibat refraksi pengukuran dilakukan double stand pergi-pulang
9.
Yang diamati di
lapangan:
·
Terlebih dahulu
dibaca: benang tengah (BT)
·
Kedua: benang
bawah (BB)
·
Ketiga: benang
atas (BA)
·
Langsung di cek:
(BB+BA)/2 = BT
·
Hitung jarak
Belakang: db = (BBb – BAb) x 100
·
Hitung jarak muka:
dm = (BBm – BAm) x 100
·
Langsung dihitung
setiap pertambahan slag jarak selalu dijumlahkan sampai akhir pengukuran dalam satu
seksi
db1 + db2 + db3
+ .......................................+ dbakhir = Σ db
dm1+ dm2 + dm3
+ ..................................... + dmakhir = Σ dm
haruslah Σ db = Σ dm
Hal ini dicapai untuk menghilangkan
kesalahan akibat kemiringan garis bidik karena setiap alat tidak sempurna dan
selalu dihinggapi kesalahan
Contoh:
Db = dm atau Σdb
= Σdm
α =
Penyimpangan
garis bidik
ma, mb = Bacaan seharusnya
m'a,
m’b = Bacaan yang salah
Beda tinggi dan bacaan seharusnya:
∆hAB
= ma – mb (Beda
tinggi yang betul)
Beda tinggi dari bacaan yang salah:
∆hAB = ma – mb
+ (ma m’a - mb
m’b)
Jika alat tidak ditengah–tengah atau db
tidak sama dengan dm
Maka: ma
m’a tidak sama dengan mb
m’b
ΔhAB = ma – mb
+ k (kesalahan)
Jika db = dm; maka: ma m’a
= mb m’b
Jadi ∆hAB=∆h’AB = ma
– mb, Kesalahan garis bidik tereliminir.
10.
Selisih bacaan antara stand I dan stand II (double stand) tidak boleh lebih dari 2 mm
11.
Selama pengukuran alat selalu dipayungi untuk menghindari panas matahari
12.
Jarak terbaik antara alat dan rambu ± 75 m, baik ke rambu belakang maupun
ke rambu muka
13. Saat terbaik
pengukuran: pagi jam: 06.00 - 11.00
dan sore jam: 15.00 – 18.00, akibat panas
matahari dapat merubah gelembung nivo dan kesalahan baca akibat undulasi udara
14. Pemasangan rambu
sebaiknya ditempatkan diatas stratpot,
patok kayu diberi paku payung atau diatas pilar beton
15. Akhir pengukuran
dilakukan kembali cek garis bidik.
No comments:
Post a Comment